Semua orang tahu ! Senyum adalah pembuka pintu rejeki. Senyum adalah ibadah. Senyum mampu melipatgandakan omzet penjualan. Sehingga, tidak mengherankan bila materi senyum ini dijadikan andalan dalam training motivasi. Manajemen perusahaan pun tidak segan-segan merogoh kocek, membayari karyawannya untuk mengikuti mengikuti pelatihan Pelayanan Prima dengan biaya jutaan rupiah. Namun bagaimana hasilnya ?
Ada yang sukses. Namun tidak sedikit yang gagal. Omzet penjualan meroket pada bulan pertama pasca pelatihan. Bulan kedua omzet turun kembali ke posisi semula. Ikutkan pelatihan lagi, omzet meningkat lagi, namun bulan depannya omzet turn lagi. Mengapa demikian ? Adakah yang salah dengan pelatihan ini ?
Wirausahawan yang budiman. Saya rasa tidak ada yang salah dengan pelatihan. Betapa antusias dan fun peserta serta motivator saat pelatihan. Energik, dahsyat dan senyum selalu mengembang. Namun perlu kita sadari pelatihan sebagus apa pun tidak akan berhasil, apabila peserta pelatihan tidak memiliki kesadaran diri yang kuat untuk mempraktekkan dengan penuh keikhlas. Ya, harus dengan ikhlasan. Bukan karena paksaan. Bukan karena takut ditegur atasan. Bukan karena takut bonusnya berkurang.
Ini pengalaman saya. Seminggu sekali saya mengunjungi toko buku terbesar di Solo Raya. Luar biasa sejak masuk tempat parkir sampai ke dalam toko, disambut sapaan dan senyuman. Namun perasaan saya kok merasakan ada yang ganjil ya ? Ketika mendengarkan sapaan dari security, " Selamat siang bapak...... ", mengucap begitu dia sambil tersenyum, berdiri tegak di depan pintu, tangan ngapurancang. Apanya ya... yang kurang ? pikir saya.
Ini dia jawabnya ! Mereka menyambut ramah dan senyum merakah, namun sangat mekanik. Sikapnya mirip sebuah robot. Kira-kira bagaimana ya... rasanya... Bukankah hambar... Inilah yang disebut senyum komersial... Bagaimana pendapat Anda ? Jangan hanya senyam senyum. Mari kita tersenyum ikhlas, biar membawa berkah !
Ada yang sukses. Namun tidak sedikit yang gagal. Omzet penjualan meroket pada bulan pertama pasca pelatihan. Bulan kedua omzet turun kembali ke posisi semula. Ikutkan pelatihan lagi, omzet meningkat lagi, namun bulan depannya omzet turn lagi. Mengapa demikian ? Adakah yang salah dengan pelatihan ini ?
Wirausahawan yang budiman. Saya rasa tidak ada yang salah dengan pelatihan. Betapa antusias dan fun peserta serta motivator saat pelatihan. Energik, dahsyat dan senyum selalu mengembang. Namun perlu kita sadari pelatihan sebagus apa pun tidak akan berhasil, apabila peserta pelatihan tidak memiliki kesadaran diri yang kuat untuk mempraktekkan dengan penuh keikhlas. Ya, harus dengan ikhlasan. Bukan karena paksaan. Bukan karena takut ditegur atasan. Bukan karena takut bonusnya berkurang.
Ini pengalaman saya. Seminggu sekali saya mengunjungi toko buku terbesar di Solo Raya. Luar biasa sejak masuk tempat parkir sampai ke dalam toko, disambut sapaan dan senyuman. Namun perasaan saya kok merasakan ada yang ganjil ya ? Ketika mendengarkan sapaan dari security, " Selamat siang bapak...... ", mengucap begitu dia sambil tersenyum, berdiri tegak di depan pintu, tangan ngapurancang. Apanya ya... yang kurang ? pikir saya.
Ini dia jawabnya ! Mereka menyambut ramah dan senyum merakah, namun sangat mekanik. Sikapnya mirip sebuah robot. Kira-kira bagaimana ya... rasanya... Bukankah hambar... Inilah yang disebut senyum komersial... Bagaimana pendapat Anda ? Jangan hanya senyam senyum. Mari kita tersenyum ikhlas, biar membawa berkah !
0 komentar:
Posting Komentar