Wirausahawan yang budiman. Banyak orang mengeluh menjadi wirausahawan itu susah. Butuh modal besar. Sering terlontar pula pertanyaan. Bagaimana memulainya ? Benarkah susah menjadi wirausahawan dan butuh modal besar ?
Mari kita simak kisah Haji Nuzli Arismal. Beliau mengawali usahanya dari nol. Namun berkat kegigihan dan keteguhan, usahanya pun kini berkembang pesat. Saat ini beliau menjadi salah satu pengusaha besar yang disegani di Tanah Abang.
Apa yang beliau katakan, " Menjadi pengusaha itu seperti orang main layang-layang. Awalnya untuk naik memang susah. Mau dinaikkan turun lagi. Tapi kalau sudah bisa naik, benang tinggal diulur terus sampai tinggi ".
Lebih lanjut beliau mengatakan, " Bila sudah tinggi dan dapat angin tinggal diikat di pohon. Kita tinggal siul-siul saja. Begitu pula dengan bisnis. Kalau sudah jalan, kita jalan-jalan pun bisnis tetap jalan... "
Ungkapan Pak Haji ini sungguh luar biasa. Apa yang diungkapkan merupakan pengalaman pribadi yang diperoleh dari pengalaman di lapangan. Bukan hanya sebatas teori. Beliau mulai terjun sebagai wirausahawan sejak umur lima tahun. Karena desakan ekonomi. Diusai yang masih balita beliu sudah jualan serabi. Lulus SMP jadi pengasong di Palembang. Modal pinjam dari paman.
Nasibnya pun tidak selalu baik. Sering dikejar-kejar kamtib. Bagaimana beliau mensikapi, " Biarlah mereka mengejar saya, tapi saya mengejar rejeki. Mereka pergi kita datang lagi. Itulah perjuangan ", ungkap beliau.
Betapa indahnya nasihat beliau ? Sanggupkah kita memetik pelajaran dari kisah di atas ? Masihkah kita ragu untuk terjun menjadi wirausahawan ?
Mari kita simak kisah Haji Nuzli Arismal. Beliau mengawali usahanya dari nol. Namun berkat kegigihan dan keteguhan, usahanya pun kini berkembang pesat. Saat ini beliau menjadi salah satu pengusaha besar yang disegani di Tanah Abang.
Apa yang beliau katakan, " Menjadi pengusaha itu seperti orang main layang-layang. Awalnya untuk naik memang susah. Mau dinaikkan turun lagi. Tapi kalau sudah bisa naik, benang tinggal diulur terus sampai tinggi ".
Lebih lanjut beliau mengatakan, " Bila sudah tinggi dan dapat angin tinggal diikat di pohon. Kita tinggal siul-siul saja. Begitu pula dengan bisnis. Kalau sudah jalan, kita jalan-jalan pun bisnis tetap jalan... "
Ungkapan Pak Haji ini sungguh luar biasa. Apa yang diungkapkan merupakan pengalaman pribadi yang diperoleh dari pengalaman di lapangan. Bukan hanya sebatas teori. Beliau mulai terjun sebagai wirausahawan sejak umur lima tahun. Karena desakan ekonomi. Diusai yang masih balita beliu sudah jualan serabi. Lulus SMP jadi pengasong di Palembang. Modal pinjam dari paman.
Nasibnya pun tidak selalu baik. Sering dikejar-kejar kamtib. Bagaimana beliau mensikapi, " Biarlah mereka mengejar saya, tapi saya mengejar rejeki. Mereka pergi kita datang lagi. Itulah perjuangan ", ungkap beliau.
Betapa indahnya nasihat beliau ? Sanggupkah kita memetik pelajaran dari kisah di atas ? Masihkah kita ragu untuk terjun menjadi wirausahawan ?
0 komentar:
Posting Komentar