Rencana kenaikkan BBM telah membuat harga melambung. Tidak tanggung-tanggung komoditas sembako rata-rata naik sampai lima puluh persen. Daya beli masyarakat menurun. Akibatnya pasar sepi. Bagaimana mensikapi situasi ini ?
Wirausahawan budiman. Kita tidak boleh panik menghadapi situasi pasar yang tidak menentu. Agar bisnis tetap jalan dan kerugian tidak semakin membesar. Kita perlu antisipasi. Bagaimana caranya ? Orang jawa mengatakan " pinter ngulir budi ". Kurang lebih maknanya " harus kreatif " mencari solusi. Seperti kisah Aji Saka vs Dewata Cengkar. Mudah-mudahan bisa diambil hikmahnya.
Konon cerita. Aji Saka saat masuk ke tanah jawa akan dijadikan mangsa prabu Dewata Cengkar. Raja raksasa, sekaligus kanibalis. Suka makan manusia hidup-hidup. Menerima ancaman ini Aji Saka tidak gentar dan tidak panik. Bahkan Ia menyanggupi. Namun sebelum dimangsa mengajukan satu permintaan. Sepele. Tanah selebar surbannya. Permintaan itu dianggap hal kecil oleh Dewata Cengkar. Disanggupinya.
Namun apa yang terjadi ? Ajaib ! Surban Aji Saka ternyata bisa melar. Memanjang terus menerus. Sampai-sampai Dewa Cengkar tidak kuasa menahan laju kain surban itu. Hingga akhirnya terpental masuk ke laut selatan. Menjelma menjadi buaya putih. Apakah ini benar-benar kejadian yang sesungguhnya ?
Wirausahawan budiman. Orang jawa bila mengajarkan budi pekerti dibungkus dalam kemasan " kiasan ". Selalu bermain simbol. Maka jangan dimaknai apa adanya. Secara pribadi saya menafsirkan. Surban untuk menutupi kepala bukan ? Melambangkan ' the power of mind '. Kekuatan pikiran. Sumber inspirasi. Sumber kreatifitas. Aset kita yang paling berharga.
Dewata Cengkar. Seorang raksasa, pemakan daging manusia. Mensimbolkan kekuatan otot. Peradaban primitif. Walaupun nampaknya besar dan menakutkan. Ternyata sangat gampang dikalahkan oleh Aji Saka yang bermodalkan strategi jitu yang bersumber dari kemampuannya mendaya gunakan potensi otak.
Wirausahawan budiman. Menghadapi situasi perekonomian yang semakin sulit. Mari kita bertindak seperti Aji Saka. Tenang dan tetap optimis. Selalu ngulir budi. Menyusun stategi untuk mencari solusi. Harus berani keluar dari ZONA KENYAMANAN. Ingat perubahan sangat cepat. Bila kita tidak mau berubah, maka kita yang akan diubah.
Bila kita hanya mengeluh dan meratap dalam menghadapi kenaikkan harga BBM, maka tidak ubahnya kita seperti Dewata Cengkar, yang berakhir dengan kematian. Bukankah demikian ? Sukses selalu !
Wirausahawan budiman. Kita tidak boleh panik menghadapi situasi pasar yang tidak menentu. Agar bisnis tetap jalan dan kerugian tidak semakin membesar. Kita perlu antisipasi. Bagaimana caranya ? Orang jawa mengatakan " pinter ngulir budi ". Kurang lebih maknanya " harus kreatif " mencari solusi. Seperti kisah Aji Saka vs Dewata Cengkar. Mudah-mudahan bisa diambil hikmahnya.
Konon cerita. Aji Saka saat masuk ke tanah jawa akan dijadikan mangsa prabu Dewata Cengkar. Raja raksasa, sekaligus kanibalis. Suka makan manusia hidup-hidup. Menerima ancaman ini Aji Saka tidak gentar dan tidak panik. Bahkan Ia menyanggupi. Namun sebelum dimangsa mengajukan satu permintaan. Sepele. Tanah selebar surbannya. Permintaan itu dianggap hal kecil oleh Dewata Cengkar. Disanggupinya.
Namun apa yang terjadi ? Ajaib ! Surban Aji Saka ternyata bisa melar. Memanjang terus menerus. Sampai-sampai Dewa Cengkar tidak kuasa menahan laju kain surban itu. Hingga akhirnya terpental masuk ke laut selatan. Menjelma menjadi buaya putih. Apakah ini benar-benar kejadian yang sesungguhnya ?
Wirausahawan budiman. Orang jawa bila mengajarkan budi pekerti dibungkus dalam kemasan " kiasan ". Selalu bermain simbol. Maka jangan dimaknai apa adanya. Secara pribadi saya menafsirkan. Surban untuk menutupi kepala bukan ? Melambangkan ' the power of mind '. Kekuatan pikiran. Sumber inspirasi. Sumber kreatifitas. Aset kita yang paling berharga.
Dewata Cengkar. Seorang raksasa, pemakan daging manusia. Mensimbolkan kekuatan otot. Peradaban primitif. Walaupun nampaknya besar dan menakutkan. Ternyata sangat gampang dikalahkan oleh Aji Saka yang bermodalkan strategi jitu yang bersumber dari kemampuannya mendaya gunakan potensi otak.
Wirausahawan budiman. Menghadapi situasi perekonomian yang semakin sulit. Mari kita bertindak seperti Aji Saka. Tenang dan tetap optimis. Selalu ngulir budi. Menyusun stategi untuk mencari solusi. Harus berani keluar dari ZONA KENYAMANAN. Ingat perubahan sangat cepat. Bila kita tidak mau berubah, maka kita yang akan diubah.
Bila kita hanya mengeluh dan meratap dalam menghadapi kenaikkan harga BBM, maka tidak ubahnya kita seperti Dewata Cengkar, yang berakhir dengan kematian. Bukankah demikian ? Sukses selalu !
0 komentar:
Posting Komentar