Ada banyak cara membentuk budaya wirausaha di kalangan generasi muda. Terkhusus bagi para mahasiswa. Bisa dengan pendekatan formal dan informal. Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Solo, tempat saya mengajar. Menempuh keduanya.
Secara formal yaitu menjadikan wirausaha menjadi mata kuliah wajib. Wajib ditempuh bagi semua mahasiswa di enam fakultas yaitu Ekonomi, Hukum, FKIP, FISIP, Pertanian dan Tehnologi Pertanian. Secara informal dengan seminar, pelatihan, talk show dan membuat komunitas. Saat ini UNISRI telah memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kewirausahaan.
Wirausahawan budiman. Dua pendekatan tadi harus dipadukan terintegrasi. Sebab bila kewirausahaan hanya diberikan sebatas mata kuliah. Motivasi mahasiswa sebatas mendapatkan nilai. Cenderung kewirausahaan hanya dipahami sebatas teori dan konsep-konsep bisnis semata. Namun bila ditambah dengan pendekatan informal. Sering digelar diskusi. Pelatihan-pelatihan. Mahasiswa selalu dimotivasi. Virus kewirausahaan akan menyebar lebih cepat dan efektif.
Pendekatan informal sangat penting. Menekankan pendekatan dengan cara personal. Dari hati ke hati. Mahasiswa diberi motivasi, dipacu dan diberi apresiasi. Tidak hanya itu saja, juga diberi wadah untuk mempraktekkan ilmunya. Kampus Unisri menyediakan sebuah ruang khusus diberi nama Pusat Bisnis Mahasiswa (PBM). Respon bagus. Ada yang berjualan keripik singkong, jus, beras organik, pulsa.
Virus kewiraushaan semakin mengganas saat saya adakan road show, talk show di radio. Dalam sepekan ini saya membawa mahasiswa untuk dialog interaktif di dua stasiun radio. Rabu, 21 Maret 2012, dua orang mahasiswa tampil dalam Dialektika Usaha di RRI Surakarta.
Narty Jakarsy, mahasiswa semester 4 akuntansi memiliki usaha B'Juice. Serta Juliana, semester 2 akuntansi, memiliki usaha keripik singkong ala sumatra. Topik yang kita angkat " Menebar Virus Kewirausahaan " mendapat tanggapan dan dukungan positif dari masyarakat.
Senin, 26 Maret 2012, Narty Jakarsy, kembali saya ajak dialog interaktif di Radio Swara Slenk, topik, " Kuliah Sambil Berwirausaha ". Kembali mendapat respon menggembirakan. Dampak dari siaran ini, membuat anak-anak semakin bersemangat mewujudkan impiannya.
Apalagi setelah foto mereka saat siaran kita share ke face book. Dampaknya luar biasa. Teman-teman di kampus dan dunia maya memberikan komentar yang positif. Bahkan mereka ingin mencoba. Nampaknya mereka mulai tertular virus kewirausahaan. Kalau mereka bisa, mengapa saya tidak. Begitu pikir mereka.
Saya mendapat pelajaran baru dari peristiwa tersebut. Membangun budaya wirausaha, tidak cukup hanya diajarkan dibangku kuliah. Justru yang paling dibutuhkan adalah apresiasi, simpati dan empati, serta suntikan motivasi. Berupa kalimat-kalimat pendek sederhana. Bila diucapkan dengan tulus dan penuh semangat. Dampaknya luar biasa. Virus akan menyebar dengan sendirinya.
Namun untuk yang satu ini. Tidak semua orang mau melakukan. Kenapa ya ? Padahal tanpa mengeluarkan uang sama sekali. Hanya butuh sedikit perhatian. Bagaimana dengan Anda ? Siapakah jadi provokator kewirausahaan ?
0 komentar:
Posting Komentar