Wirausahawan budiman. Kita menjalankan bisnis sering dihadapkan masalah. Ketidak jujuran alias kebohongan. Baik yang dilakukan karyawan maupun para pelanggan. Akibatnya kita menderita kerugian. Bahkan tidak jarang usaha bangkrut di tengah jalan gara-gara dibohongi atau ditipu mitra kerja. Lalu adakah cara mendeteksi tindak kecurangan ini secara mudah dan murah ? Karena kalau harus beli lie detector, alat deteksi kebohongan, biayanya sangat mahal. Pertanyaan semacam ini sering mengemuka saat saya mengisi pelatihan diberbagai tempat.
Saya tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Peserta pelatihan saya minta focus melihat saya. Dengan nada guyon saya katakan " Tatap mata saya. Saya akan menstransfer ilmu saya. Sekarang coba anda ingat ketika masih kecil. Siapa teman anda yang paling anda suka, yang paling anda benci. Ada ya ? Ingat ! Stop !!! Kemudian bayangkan lima tahun ke depan, yang belum punya mobil ingin mobil seperti apa. Yang belum punya rumah, rumah seperti apa yang diidamkan. Stop !!! "
Setelah itu saya bertanya " Saat bapak ibu mengingat masa lalu, arah bola mata kemana ? Kiri atas atau kanan atas. Saat saya bertanya keinginan lima tahun ke depan, bola mata arah kemana ? " Mereka menjawab. Bola mata ke arah kiri atas saat mengingat masa lalu. Bola mata ke arah kanan atas saat membayangkan masa depan.
" Apa kesimpulannya ? Orang berbohong atau tidak jujur, cenderung bola mata ke arah kanan atas, oke ". Mendengar jawaban ini, nampaknya peserta tidak puas " Lho, kok bisa pak ? " Tentu saja bisa. Ini sangat terkait dengan cara kerja otak manusia. Saat bola mata mengarah ke kiri atas, dia sedang memanggil memorinya. Sedangkan ke kanan atas sedang berimajinasi. Hal ini sejalan dengan fungsi otak kanan dan kiri.
Gerakan bola mata, kearah kanan dan kiri bukankah merupakan bahasa tubuh. Termasuk katagori komunikasi non verbal. Bahasa yang paling jujur. Sedangkan bahasa verbal yaitu tulisan dan lesan sering berbohong bukan ? Kalau tidak percaya baca surat Yasin. Disebutkan " besok di akherat mulut dikunci, tangan dan kaki jadi saksi ". Kenapa mulut dikunci karena sering bohong. Tapi masa sih, tangan dan kaki bisa bicara ?
Mungkin itu yang sedang dipikirkan banyak orang. Menjawab keraguan itu, peserta saya minta " Coba tangan bapak ibu diangkat dekatkan ke wajah. Coba cari di mana mulutnya ? Ada ndak ! Tidak ada bukan ? Kalau begitu Tuhan bohong ya ? " pertanyaan ini membuat merah padam wajah peserta.
" Bapak ibu, yang meninggal di gunung merapi, siapa ? " Serentak menjawab " Mbah Marijan ". Lalu saya kejar, " Kok yakin mbah Marijan,. Bukan mbah Marjan ". Peserta pelatihan menjawab bergantian. Ya, dari sidik jari kan ketahuan pak. Ada lagi yang mengatakan dari ciri-ciri gigi, rambut dan jenis DNA. Jawaban itu saya timpali dengan pertanyaan balik " Bukankah itu semua termasuk katagori bahasa non verbal ?
Mereka terhenyak. Subhanallah ternyata Tuhan tidak bohong. Inilah mukjizat Al Quran. Sudah dapat dibuktikan di dunia. Tidak usah menunggu di akherat. Mendengar jawaban saya ini peserta menjadi lega. Plong. Bisakah bahasa non verbal direkayasa ? Tentu saja bisa. Namun Tuhan maha adil. Saat kita merekayasa. Misalnya kita sengaja berbohong, bola mata kita kita arahkan ke kiri atas. Biar lawan bicara kita tidak curiga, bila kita berbohong. Ini memang bisa. Namun lihat pasti ada organ tubuh yang tidak terima. Tiba-tiba saja kita salting (salah tingkah). Seperti tangan garuk-garuk kepala. Atau seperti mbak Engie, pencet-pencet hidung. Saat ditanya apakah pernah memiliki BB.
Gampang bukan mendeteksi kebohongan ? Masih penasaran ? Tidak percaya ? Silahkan dibuktikan ! Anda masih bingung. Ah yang benar ? Anda berbohong ya.
Saya tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Peserta pelatihan saya minta focus melihat saya. Dengan nada guyon saya katakan " Tatap mata saya. Saya akan menstransfer ilmu saya. Sekarang coba anda ingat ketika masih kecil. Siapa teman anda yang paling anda suka, yang paling anda benci. Ada ya ? Ingat ! Stop !!! Kemudian bayangkan lima tahun ke depan, yang belum punya mobil ingin mobil seperti apa. Yang belum punya rumah, rumah seperti apa yang diidamkan. Stop !!! "
Setelah itu saya bertanya " Saat bapak ibu mengingat masa lalu, arah bola mata kemana ? Kiri atas atau kanan atas. Saat saya bertanya keinginan lima tahun ke depan, bola mata arah kemana ? " Mereka menjawab. Bola mata ke arah kiri atas saat mengingat masa lalu. Bola mata ke arah kanan atas saat membayangkan masa depan.
" Apa kesimpulannya ? Orang berbohong atau tidak jujur, cenderung bola mata ke arah kanan atas, oke ". Mendengar jawaban ini, nampaknya peserta tidak puas " Lho, kok bisa pak ? " Tentu saja bisa. Ini sangat terkait dengan cara kerja otak manusia. Saat bola mata mengarah ke kiri atas, dia sedang memanggil memorinya. Sedangkan ke kanan atas sedang berimajinasi. Hal ini sejalan dengan fungsi otak kanan dan kiri.
Gerakan bola mata, kearah kanan dan kiri bukankah merupakan bahasa tubuh. Termasuk katagori komunikasi non verbal. Bahasa yang paling jujur. Sedangkan bahasa verbal yaitu tulisan dan lesan sering berbohong bukan ? Kalau tidak percaya baca surat Yasin. Disebutkan " besok di akherat mulut dikunci, tangan dan kaki jadi saksi ". Kenapa mulut dikunci karena sering bohong. Tapi masa sih, tangan dan kaki bisa bicara ?
Mungkin itu yang sedang dipikirkan banyak orang. Menjawab keraguan itu, peserta saya minta " Coba tangan bapak ibu diangkat dekatkan ke wajah. Coba cari di mana mulutnya ? Ada ndak ! Tidak ada bukan ? Kalau begitu Tuhan bohong ya ? " pertanyaan ini membuat merah padam wajah peserta.
" Bapak ibu, yang meninggal di gunung merapi, siapa ? " Serentak menjawab " Mbah Marijan ". Lalu saya kejar, " Kok yakin mbah Marijan,. Bukan mbah Marjan ". Peserta pelatihan menjawab bergantian. Ya, dari sidik jari kan ketahuan pak. Ada lagi yang mengatakan dari ciri-ciri gigi, rambut dan jenis DNA. Jawaban itu saya timpali dengan pertanyaan balik " Bukankah itu semua termasuk katagori bahasa non verbal ?
Mereka terhenyak. Subhanallah ternyata Tuhan tidak bohong. Inilah mukjizat Al Quran. Sudah dapat dibuktikan di dunia. Tidak usah menunggu di akherat. Mendengar jawaban saya ini peserta menjadi lega. Plong. Bisakah bahasa non verbal direkayasa ? Tentu saja bisa. Namun Tuhan maha adil. Saat kita merekayasa. Misalnya kita sengaja berbohong, bola mata kita kita arahkan ke kiri atas. Biar lawan bicara kita tidak curiga, bila kita berbohong. Ini memang bisa. Namun lihat pasti ada organ tubuh yang tidak terima. Tiba-tiba saja kita salting (salah tingkah). Seperti tangan garuk-garuk kepala. Atau seperti mbak Engie, pencet-pencet hidung. Saat ditanya apakah pernah memiliki BB.
Gampang bukan mendeteksi kebohongan ? Masih penasaran ? Tidak percaya ? Silahkan dibuktikan ! Anda masih bingung. Ah yang benar ? Anda berbohong ya.
bagaimana jika mata kero / juling pak apa bisa untuk patokan
BalasHapusTerimakasih bapak Suharno atas sharingnya...
BalasHapus