Siapa tidak kenal Joko Widodo atau yang lebih akrab dipanggil pak Jokowi. Namanya meroket. Menjadi perbincangan tingkat nasional, bahkan internasional. Segudang predikat disandangnya. Walikota terbaik di Indonesia. Nominasi walikota terbaik dunia. Perintis mobil nasional, Esemka, dan masih segudang lagi. Berkat prestasi yang luar biasa inilah beliau dipinang PDIP sebagai kandidat Gubernur DKI.
Kemunculan Jokowi sebagai salah satu kandidat Gubernur DKI. Semula dipandang sebelah mata.Banyak diragukan oleh sebagian kalangan. Bahkan tidak sedikit yang berkomentar miring dan negatif. Semua lembaga survai tidak ada yang mengunggulkan. Menempatkan Jokowi pada urutan kedua dengan selisih yang sangat signifikan dengan incumbent. Namun fakta berbicara lain. Hasilnya di luar dugaan. Malah sebaliknya. Kenapa bisa demikian ?
Wirausahawan budiman. Kenapa bisa demikian ? Menurut saya, kunci kemenangan Jokowi ada dua. Pertama Jokowi mau mendengarkan apa yang sedang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat ibu kota. Beliau terjun langsung di lapangan. Blusukan ke kampung-kampung. Penampilan bersahaja, apa adanya, tanpa dibuat-buat. Membaur dan menyatu dengan warga. Di sana Jokowi mendengarkan kebutuhan dan permasalahan warga. Kemudian menawarkan solusi yang kongkrit, tidak abstrak. Memakai visualisasi. Lihat kemana-mana selalu menenteng contoh kartu pintar dan kartu sehat.
Faktor kedua, karena strategi dan langkah yang dilakukan serba " berbeda dan unik ". Disaat para kandidat yang lain mengenakan baju nasional, baju koko, yang serba resmi. Jokowi keluar dari pakem. Pakai baju kotak-kotak. Bergaya anak muda dan non formal. Akibatnya media berebut meliput dengan sukarela. Strategi yang sangat cerdas. Semua yang dilakukan menjadi perbincangan masyarakat. Gethok tular. Mulai kalangan bawah hingga atas. Mendapat promosi gratis. Bayangkan dengan rival-rivalnya yang mengiklankan dirinya lewat media tv, koran, majalah, baliho dan sepanduk, menghabiskan anggaran puluhan milyar, namun tidak efektif.
Apa yang dilakukan Jokowi bukan sekedar pencitraan yang dibuat-buat. Setahu saya beliau apa adanya. Santun, lugu, lugas, namun tegas dalam bersikap. Setiap langkah yang diambil rasional, obyektif, transparan dan akuntabel. Beliau juga sangat memperhatikan detail. Dalam pengambilan keputusan menyandarkan pada data dan informasi yang valid. Tidak grusa-grusu. Secara pribadi saya banyak belajar dari beliau secara langsung.
Saya masih ingat kejadian di tahun 2007. Saat itu Perusahaan Daerah BPR Bank Pasar Surakarta, yang sekarang berganti nama PD BPR BANK SOLO membutuhkan Direktur Utama (Dirut). Secara hukum beliau memiliki hak penuh untuk menentukan dan menetapkan siapa orangnya. Namun hal itu tidak dilakukan. Saya selaku Ketua Dewan Pengawas diminta untuk membentuk tim independen dari kalangan akademisi. Tim pun tanpa campur tangan dari siapapun. Melakukan tahapan rekruetmen dengan transparan. Mengiklankan lowongan di media masa secara terbuka, menyelenggarakan ujian tertulis, ujian psikologi, wawancara dan kesehatan.
Dari ratusan pendaftar akhirnya terjaring sepuluh besar. Mereka diminta presentasi dihadapan tim independen, dewan pengawas dan walikota. Usai presentasi pak Jokowi memberikan kesempatan kepada semua yang hadir untuk memberikan penilaian dan komentar. Setelah semuanya memberikan penilaian Beliau baru angkat bicara. Beliau memperlihatkan secarik kertas di atas meja. Kemudian kertas itu dibaliknya. Semua yang hadir terkesima dan terbelalak. Ternyata kertas itu berisi nama seseorang yang dianggap layak sebagai Dirut Bank Pasar. Nama yang tertera sama persis dengan nama-nama yang tadi dikomentari dan dipilih oleh tim independen dan dewan pengawas.
Pelajaran ini sangat berharga tentunya bagi para wirausahawan, dalam pengambilan keputusan bisnis hendaknya yang rasional dan melibatkan tim yang dianggap relevan. Tidak sekedar mengandalkan insting semata. Bukankah demikian ? Bagaimana pendapat anda ?
Kemunculan Jokowi sebagai salah satu kandidat Gubernur DKI. Semula dipandang sebelah mata.Banyak diragukan oleh sebagian kalangan. Bahkan tidak sedikit yang berkomentar miring dan negatif. Semua lembaga survai tidak ada yang mengunggulkan. Menempatkan Jokowi pada urutan kedua dengan selisih yang sangat signifikan dengan incumbent. Namun fakta berbicara lain. Hasilnya di luar dugaan. Malah sebaliknya. Kenapa bisa demikian ?
Wirausahawan budiman. Kenapa bisa demikian ? Menurut saya, kunci kemenangan Jokowi ada dua. Pertama Jokowi mau mendengarkan apa yang sedang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat ibu kota. Beliau terjun langsung di lapangan. Blusukan ke kampung-kampung. Penampilan bersahaja, apa adanya, tanpa dibuat-buat. Membaur dan menyatu dengan warga. Di sana Jokowi mendengarkan kebutuhan dan permasalahan warga. Kemudian menawarkan solusi yang kongkrit, tidak abstrak. Memakai visualisasi. Lihat kemana-mana selalu menenteng contoh kartu pintar dan kartu sehat.
Faktor kedua, karena strategi dan langkah yang dilakukan serba " berbeda dan unik ". Disaat para kandidat yang lain mengenakan baju nasional, baju koko, yang serba resmi. Jokowi keluar dari pakem. Pakai baju kotak-kotak. Bergaya anak muda dan non formal. Akibatnya media berebut meliput dengan sukarela. Strategi yang sangat cerdas. Semua yang dilakukan menjadi perbincangan masyarakat. Gethok tular. Mulai kalangan bawah hingga atas. Mendapat promosi gratis. Bayangkan dengan rival-rivalnya yang mengiklankan dirinya lewat media tv, koran, majalah, baliho dan sepanduk, menghabiskan anggaran puluhan milyar, namun tidak efektif.
Apa yang dilakukan Jokowi bukan sekedar pencitraan yang dibuat-buat. Setahu saya beliau apa adanya. Santun, lugu, lugas, namun tegas dalam bersikap. Setiap langkah yang diambil rasional, obyektif, transparan dan akuntabel. Beliau juga sangat memperhatikan detail. Dalam pengambilan keputusan menyandarkan pada data dan informasi yang valid. Tidak grusa-grusu. Secara pribadi saya banyak belajar dari beliau secara langsung.
Saya masih ingat kejadian di tahun 2007. Saat itu Perusahaan Daerah BPR Bank Pasar Surakarta, yang sekarang berganti nama PD BPR BANK SOLO membutuhkan Direktur Utama (Dirut). Secara hukum beliau memiliki hak penuh untuk menentukan dan menetapkan siapa orangnya. Namun hal itu tidak dilakukan. Saya selaku Ketua Dewan Pengawas diminta untuk membentuk tim independen dari kalangan akademisi. Tim pun tanpa campur tangan dari siapapun. Melakukan tahapan rekruetmen dengan transparan. Mengiklankan lowongan di media masa secara terbuka, menyelenggarakan ujian tertulis, ujian psikologi, wawancara dan kesehatan.
Dari ratusan pendaftar akhirnya terjaring sepuluh besar. Mereka diminta presentasi dihadapan tim independen, dewan pengawas dan walikota. Usai presentasi pak Jokowi memberikan kesempatan kepada semua yang hadir untuk memberikan penilaian dan komentar. Setelah semuanya memberikan penilaian Beliau baru angkat bicara. Beliau memperlihatkan secarik kertas di atas meja. Kemudian kertas itu dibaliknya. Semua yang hadir terkesima dan terbelalak. Ternyata kertas itu berisi nama seseorang yang dianggap layak sebagai Dirut Bank Pasar. Nama yang tertera sama persis dengan nama-nama yang tadi dikomentari dan dipilih oleh tim independen dan dewan pengawas.
Pelajaran ini sangat berharga tentunya bagi para wirausahawan, dalam pengambilan keputusan bisnis hendaknya yang rasional dan melibatkan tim yang dianggap relevan. Tidak sekedar mengandalkan insting semata. Bukankah demikian ? Bagaimana pendapat anda ?
0 komentar:
Posting Komentar